Breaking

LightBlog

Selasa, 07 Juni 2016

Zakat






ZAKAT
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Fiqih
Dosen Pengampu : Drs. H. Muhammad Nashuha, M.S.I





Disusun Oleh :
Nurhayati  (1504026117)
Ahmad Basyari Alwi (1504026131)


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harta hanyalah sebagai titipan Allah. Seseorang yang beruntung mendapatkan sejumlah harta pada hakekatnya hanya menerima titipan sebagai amanat untuk disalurkan sesuai dengan kehendak pemilik aslinya, yaitu Allah. Konsekuensi manusia yang menerima titipan harta tersebut harus memenuhi aturan-aturan Allah Swt baik dalam pengembangan maupun dalam penggunaannya, antara lain ada kewajiban yang dibebankan kepada pemiliknya untuk mengeluarkan zakat yang berfungsi sebagai meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah maliyah sunnah seperti sedekah dan infak.
Dengan diwajibkan zakat, pemilik harta bukanlah mutlak tanpa adanya ikatan-ikatan syariat. Tetapi didalam hak milik itu ada sesuatu tugas sosial yang wajib ditunaikan oleh seseorang yang kedudukannya sebagai khalifah. Manusia hanyalah sebagai khalifah, maka manusia wajib melaksanakan perintah Allah mengenai hartanya. Diantara perintah Allah yang berkaitan dengan harta yaitu mengeluarkan zakat yang merupakan salah satu dari rukun islam. Oleh karena itu pemakalah akan membahas lebih lanjut mengenai zakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian zakat ?
2. Apa rukun dan syarat-syarat zakat?
3. Jenis harta apa sajakah yang wajib dizakatkan?
4. Siapa yang berhak menerima zakat?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini agar para mahasiswa mengetahui, dan mempelajari materi ilmu fiqih, yang membahas pengertian zakat, rukun dan syarat-syarat zakat, macam-macam zakat serta siapa saja yang berhak menerima zakat. Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu fiqih.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat(زَكَاةَ), bentuk masdhar yang berasal dari kata zaka – yazku – zaka’an (زكا - يزكو - زكاء ) berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik.  Orang arab mengatakan Zakat an-nafaqa-tu ketika nafaqah(biaya hidup diberkahi). Kadang-kadang zakat diucapkan untuk makna suci.  Allah Swt berfirman,
 قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).” Qs. Asy-Syams : 9
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَ كَّا
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri(dengan beriman).” Qs. Al-Alaq : 14
Sedangkan pengertian zakat secara fiqih adalah :
حَقٌّ مُقَدَّرٌيَجِبُ فِي أَمْوَالٍ مُعَيَّنَةِ
Hak yang telah ditentukan kadarnya yang wajib (dikeluarkan) pada harta-harta tertentu.
(حَقٌّ مُقَدَّرٌ) berarti Zakat tidak mencakup harta yang kadarnya tidak ditentukan seperti wakaf, hibah, hadiah, dan wasiat.
(يَجِبُ) berarti Zakat tidak mencakup hak yang sunah seperti sedekah sunah.
(فِي أَمْوَالٍ مُعَيَّنَةِ)berarti Zakat hanya mencakup harta yang telah ditetapkan oleh dalil-dalil Qath’i (sudah jelas, tertentu) seperti, emas atau perak, ternak (unta, sapi, domba) dan biji-bijian (gandum, padi) dan sebagainya.
Menurut pendapat para Ulama’:
1. Ulama’ Hanafiyyah (madzhab Hanafi) mendefinisikan zakat dengan “menjadikan hak milik bagian harta tertentu dan harta tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan oleh Syari’ karena Allah.
2. Ulama’ Syafi’iyyah (Madzhab Syafi’i) mendefinisikan zakat dengan “nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dan harta atau badan atas jalan tertentu.”
3. Ulama’ Hanabilah (Madzhab Hanbali) mendefinisikan zakat dengan “hak yang wajib dalam harta tertentu bagi kelompok tertentu pada waktu tertentu.”
4. Malikiyah memberikan definisi bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian tertentu dari harta tertentu yang telah mencapai nisab kepada orang yang berhak menerima, jika kepemilikan, haul(genap satu tahun) telah sempurna selain barang tambang, tanaman, dan harta temuan.
Hadist :
عَنْ  أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُو لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ صَدَ قَةَ إِلاَّ عَنْ ظَهْرِ غِنًى. رواه أحمد
Dari Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah, Bersabda : “Tidak ada kewajiban zakat kecuali dari kalangan orang kaya.” (HR. Ahmad)
B. Rukun dan Syarat Zakat
1. Rukun - rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab dengan menghentikan kepemilikan pemilik terhadap barang tersebut, memberikan kepemilikan kepada orang fakir, menyerahkannya kepadanya atau kepada wakilnya yaitu pemimpin atau pengumpul zakat.
2. Syarat-syarat zakat ada 5, yaitu :
a. Islam
Tidak wajib zakat bagi orang-orang kafir asli (yaitu yang terlahir sebagai orang kafir karena kedua orang tuannya kafir dan tidak pernah masuk islam). Menurut pendapat empat Imam Madzhab :
Hanafi Maliki Syafi’i Hanbali
Kewajiban zakat bagi orang murtad sudah gugur Orang kafirpun wajib menunaikan zakat, namun zakatnya tidak sah kecuali ia islam. Islam adalah syarat sah zakat Orang murtad(tetap) wajib zakat dengan kewajiban yang tertangguhkan hingga masuk islam lagi. Jika masuk islam, maka wajib berzakat bila hartanya masih ada. Jika zakatnya dikeluarkan ketika murtad, maka hal itu sah/niatnya sah, karena tujuan niat adalah untuk membedakan bukan untuk ibadah itu sendiri. Apabila ia mati dan tidak masuk islam lagi, maka hartanya itu keluar dari hak miliknya dan tidak ada zakat. Orang murtad wajib mengeluarkan zakat
Adapun orang yang murtad, maka menurut pendapat ulama(yang shahih) adalah hartanya mauquf(disita oleh pemerintahan islam). Jika ia kembali masuk islam, maka zakat wajib atasnya, jika ia tetap dalam kemurtadannya, maka tidak ada kewajiban apapun atasnya.
b. Aqil, baligh, dan mumayyiz (telah dapat membedakan mana yang baik dan buruk)
Zakat itu tidak diwajibkan kepada anak kecil dan orang gila. Akan tetapi harta dari keduanya itu (anak kecil dan orang gila) wajib dizakati. Menurut pendapat tiga imam madzhab (kecuali hanafi), walinya wajib mengeluarkan zakatnya.
Hanafi Maliki Syafi’i Hanbali
Harta(hasil bumi) anak kecil atau orang gila wajib dizakati. Selain hasil bumi, seperti hewan ternak, mata uang, dan lain-lain, tidak wajib dizakati. Harta anak kecil dan orang gila wajib dizakati. Walinya harus mengeluarkan dari harta mereka. Menurut Auza’i dan At Tsaury: “ dikeluarkan zakatnya bila anak kecil itu (telah) dewasa dan orang gila itu (telah) sadar/sembuh.

c. Merdeka dan tidak mempunyai tanggungan(yang mengurangi objek zakat). Wajibnya zakat disyaratkan merdeka. Maka seorang hamba walaupun hamba mukatab, tidak wajib menunaikan zakat (menurut Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali). Sedangkan menurut Madzhab Hanafi, diwajibkan zakat untuk tanamannya saja. Juga disyaratkan bebas dari utang.
d. Untuk wajibnya zakat disyariatkan milik penuh. Milik penuh (tamlik), yaitu dimiliki oleh perorangan atau secara kelompok (syirkah). Yang dimaksud ”milik” menurut mazdhab syafi’i adalah dimiliki secara penuh. Maka, kepemilikan yang belum sempurna tidak wajib zakat. Menurut mazdhab Hanafi, harta zakat yang tidak sedang dikuasai dan dapat dipergunakan oleh pemiliknya, seperti hilang, atau dicuri tidak wajib dikeluarkan zakatnya karena tidak dimiliki secra penuh. Mazdhab Hanbali, mengartikan bahwa “ zakat” itu merupakan hak wajib yang ada pada harta tertentu untuk sekelompok orang tertentu, pada waktu yang tertentu pula.
e. Mencapai nisab
Nisab atau batas kena zakat, didefinisikan:
قَدْرٌ مَعْلُوْمٌ مِمَّا تَجِبُ فِيْهِ الزَّ كاَةُ
Kadar tertentu sesuatu yang terkena kewajiban zakat.
Mencapai nisab dari harta yang dimilikinya itu adalah syarat yang diwajibkan. Ukuran nisab berbeda-beda sesuai dengan perbedaan jenis harta yang akan dizakati.
f. Waktunya sampai setahun atau haul, menurut ijma’, setahun merupakan syarat wajibnya zakat. Zakat itu tidak wajib kecuali apabila ia memiliki nisab dan berlangsung selama satu tahun sebagai miliknya. Yang dimaksud “tahun” disini adalah tahun qamariyah. Tahun qamariyyah itu ada 354 hari. Sedangkan tahun syamsiyyah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, bisa 365 hari dan bisa juga lebih satu hari(menjadi 366 hari). Bila dihitung dengan tahun hijriyyah, (zakat mal : 2,5%), kalau menggunakan tahun masehi(zakat mal : 2,575%).
Syarat satu tahun (haul) itu tidak berlaku untuk zakat tanaman(hasil pertanian), buah-buahan, harta karun/temuan (rikaz), dan semacamnya, zakatnya dikeluarkan pada saat memperolehnya, tanpa mengganggu haul/setahun.



C. Macam – macam zakat
1. Zakat fitrah
Zakat firah ialah “zakat pribadi” yang harus dikeluarkan pada hari raya fitrah.
1) Kewajiban Fitrah: Disebut Zakatul Fitri (zakat berbuka puasa), sebab diwajibkannya karena telah berbuka puasa akhir ramadhan, difardhukan sebagaimana puasa ramadhan, pada tahun kedua hijrah. Wakii’ berkata: zakat fitrah terhadap bulan ramadhan adalah bagaikan sujud sahwi terhadap shalat, ia menambal kekurangan puasa sebagaimana sujud sahwi menambal kekurangan shalat.
2) Yang terkena kewajiban fitrah: fitrah wajib atas orang merdeka: maka bagi hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan fitrah dirinya sendiri, tetapi menjadi kewajiban tuannya.
3) Tibanya kewajiban fitrah: Kewajiban zakat fitrah mulai dengan terbenamnya matahari akhir ramadhan malam idul fitri, yaitu dengan mendapatkan bagian terakhir bulan ramadhan dan awal bulan syawwal.
4) Waktu pembayaran fitrah: Waktu pembayarannya adalah lebih utama dikeluarkan sebelum shalat ied. Boleh juga dikeluarkan semenjak permulaan bulan ramadhan, sebagai ta’jil. Adapun mengakhirkan zakat fitrah sampai setelah shalat ied maka hukumnya haram dan zakatnya tidak sah. Berdasarkan hadits ibnu Abbas radhiallahua’anhu, “barang siapa menunaikan zakat fitri sebelum shalat ied maka itu adalah zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat maka statusnya hanya sedekah. (H.R Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Al-Albani)”
5) Tanggungan zakat fitrah: Zakat fitrah anak kecil yang kaya tidak menjadi kewajiban sang ayah, maka wajib diambilkan dari harta anak itu, bila sang ayah membayarkan fitrahnya dari harta ayah sendiri juga boleh, dan boleh pula minta pembayaran kembali jika hal itu diniatkan (waktu pembayaran fitrah).
6) Fitrah anak perzinahan: hasil zina menjadi kewajiban sang ibu. Zakat fitrah anak yang sudah besar serta bisa bekerja tidak menjadi kewajiban sang ayah. kewajiban zakat fitrah tidak mengenai atas budak kafir, dan juga orang murtad kecuali bila telah kembali masuk islam.
7) Kadar fitrah: zakat fitrah untuk tiap-tiap jiwa 1 sha’ = 2,305 kg. (dibulatkan menjadi 2 setengah kg) dari beras atau lainnya yang menjadi makanan pokok bagi penduduk negeri.
lebih utama dikeluarkan sebelum shalat ‘Idul fithri. Boleh juga dikeluarkan semenjak permulaan bulan Ramadhan sebagai ta’jil (voorschot).
2. Zakat Mal
JENIS HARTA YANG WAJIB DIKELUARKAN ZAKATNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
1. Emas, perak dan mata uang.
Emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan firman Allah:
وَالَّذِ يْنَ يَكْنِزُوْ نَ الذَّ هَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْ نَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَبَشِّرْ هُمْ بِعَذَا بٍ اَ لِيْمٍ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (tidak dikeluarkan zakatnya) dan tidak membelanjakannya dijalan Allah, maka beritakanlah kepada mereka bahwa mereka akan memperoleh ‘azab yang pedih ” (QS. At Taubah:34)
Syarat-syarat wajib zakat emas dan perak sebagai berikut:
a. Milik orang islam.
b. Yang memiliki orang merdeka.
c. Milik penuh.
d. Sampai nishabnya.
e. Genap satu tahun.
a. Nishab dan zakat emas
Nishab emas bersih ialah 20 dinar (mitsqal) = 12 setengah pound sterling (± 96 gram). Zakatnya 2 setengan % atau seperempat puluhnya.
b. Nishab dan zakat perak
Nishab perak bersih 200 dirham (sama dengan 672 gram). Zakatnya 2 setengah %, apabila telah dimiliki cukup satu tahun. Emas dan perak yang dipakai untuk perhiasan oleh orang perempuan dan tidak berlebih-lebihan dan bukan simpanan, tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
2. Nishab dan zakat uang
Peredaran uang pada asarnya berstandar emas. Karena peredaran uang itu berdasar emas, maka nishab dan zakatnya 2 setengah % atau seperempat puluh.

3. Nishab harta perniagaan
Barang (harga) perniagaan wajib dikeluarkan zakatnya, mengingat firman Allah:
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkah kanlah (di jalan Allah) sebagian dari apa yang kami keluarkan dan bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk kemudian kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhdapnya” (QS.Al Baqarah:267)
Syarat wajibnya zakat perniagaan adalah:
a. Yang memiliki orang Islam.
b. Milik orang merdeka.
c. Milik penuh.
d. Sampai nisabhnya.
e. Genap setahun.
Setiap tahun pedagang harus membuat neraca atau perhitungan harta benda dagangannya. Tahun perniagaan dihitung dari mulai berniaga. Yamg dihitung bukan hanya labanya saja, tetapai seluruh barang yang diperdagangakan itu. Apabila sudah cukup senishab maka wajiblah dikeluarkan zakatnya seperti zakat emas, yaitu 2 setengah %.
4. Zakat bianatang ternak
BINATANG TERNAK YANG WAJIB DIKELUARKAN ZAKATNYA IALAH:
a. Unta, b. Lembu dan kerbau, c. Kambing dan biri-biri, syarat-syaratnya wajibnya zakat binatang ternak sebagai berikut:
1. Pemiliknya orang Islam.
2. Pemiliknya merdeka.
3. Miliknya sendiri.
4. Samapai senishab.
5. Cukup setahun.
6. Makannya dengan penggembalaan, bukan dengan rumput belian.
7. Binatang itu bukan untuk digunakan bekerja, seperti angkutan.
a. Nishab dan zakat unta
Orang yang memiliki unta 5 ekor ke atas wajib dikeluarkan zakatnya. Tentang pengeluaran zakat ini diatur sebagai berikut:
5 ekor unta zakatnya 1 ekor kambing.
10 ekor unta zakatnya 2 ekor kambing.
15 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing.
20 ekor unta zakatnya 4 ekor kambing.
25 ekor unta zakatnya 1 ekor unta betina umur 1 tahun masuk tahun kedua (binti makhad). Kalau tidak ada, boleh dengan 1 ekor unta jantan berumur 2 tahun masuk tahun ketiga (ibn labun).
b. Nishab dan zakat lembu/kerbau
Orang yang memiliki lembu/kerbau 30 ekor keatas wajib mengeluarkan zakatnya, sebagai berikut:
30 s/d 39 lembu zakatnya 1 ekor anak sapi/kerbau (ta-bi’).
40 s/d 59 lembu zakatnya 1 ekor sapi/kerbau betina yang berumur 2 tahun (musinnah).
60 /d 69 lembu zakatnya 2 ekor anak sapi/kerbau (ta-bi’).
c. Nishab dan zakat kambing
Orang yang memiliki kambing 40 ekor, wajib mengeluarkan zakatnya sebagai berikut:
40 sampai 120 ekor kambing zakatnya 1 ekor.
121 sampai 200 ekor kambing zakatnya 2 ekor
201 sampai 300 ekor kambing zakatnya 3 ekor.
5. Zakat hasil bumi
Hasil bumi yang wajib dikeluarkan zakatnya , yaitu yang dapat dijadikan makanan pokok, seperti padi, jagung, gandum dan sebagainya. Sedang buah-buahan yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah: gandum dan kurma.
Firman Allah SWT. :
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagaian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu ”. (QS. Al Baqarah:267).

a. Syarat-syarat wajib mengeluarkan zakat hasil bumi sebagai:
1. Pemiliknya orang Islam.
2. Pemiliknya orang Islam yang merdeka.
3. Milik sendiri.
4. Sampai senishab.
Tidak disyaratkan setahun memiliki, tetapi wajib dikeluarkan zakatnya pada tiap-tiap menuai/panen.
b. Nishab dan zakat hasil bumi
Nishab hasil bumi yang sudah dibersihkan, ialah wasaq; yaitu kira-kira 700 kg. Sedang yang masih berkulit nishabnya 10 wasaq = 1.400 kg. Zakatnya 10 % (seper sepuluh) jika di-airi dengan air hujan, air sungai, siraman air yang idak dengan pembelian (perongkosan).
Jika di airi dengan air yang diperoleh dengan pembelian , maka zakatnya 5 % (seperduapuluh). Semua hasil bumi yang sudah masuk, wajib dikeluarkan zakatnya, termasuk yang dikeluarkan untuk ongkos menuai dan angkutan.
5. Zakat barang tambang dan barang temuan
Hasil tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah emas dan perak yang diperoleh dari hasil pertambangan.
Rikaz ialah harta benda orang-orang purbakala yang berharga yang diketemukan oleh orang-orang pada masa sekarang, wajib dikeluarakan zakatnya.
Barang rikaz itu umumnya berupa emas dan perak atau benda logam lainnya yang berharga.
Syarat-syaratnya mengeluarkan harta rikaz:
1. Orang Islam.
2. Orang merdeka.
3. Milik sendiri.
4. Sampai nishabnya.
5. Tidak perlu persyaratan harus dimiliki selama 1 tahun.
Nishab Dan Zakat Barang Tambang Dan Barang Temuan
Nishab barang-barang tambang dan harta temu-temuan, dengan nishab emas dan perak; yakni 20 mitsqal = 96 gram untuk emas dan 200 dirhan (672 gram) untuk perak. Zakatnya masing-masing 2 setengah % atau seperempat puluh.


D. Orang atau Golongan yang Berhak Menerima Zakat
انّما الصد قا ت للفقرا ء والمسا كين والمسا كين والعا ملين عليها والمؤ لّفة قلو بهم وفي الرّ قا ب والغا رمين وفي سبيل الله وابن السبيل , فر يضةً من الله , والله عليم حكيم
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir miskin, pengurus zakat, para mualaf yang baru dibina jiwanya secara islam, untuk kearah islam, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang uang sedang dalam perjalanan. Demikian itu adalah ketetapan yang diwajibkan. Allah maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At-Taubat, ayat 60)
1) Orang fakir: orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan yang patut yang hasilnya bias mencukupi kebutuhannya dan kebutuhan orang yang ia tanggung biaya hidupnya.
2) Orang miskin: orang yang memiliki harta atau pekerjaan yang telah menutup kebutuhannya, tetapi belum mencukupinya.
3) Amil: orang yang diutus oleh imam untuk mengambil zakat, pembagi zakat, pengumpul zakat.
4) Muallaf: orang yang masuk islam yang masih lemah mental keislamannya atau orang islam yang mempunyai wibawa yang dengan diberi zakat maka bisa diharapkan orang lain turut masuk islam.
5) Riqab: budak-budak mukatab yang perjanjian kitabahnya shah, mukatab diberi atau tuannya atas izin dari mukatab, sejumlah tunggakan angsuran tebusan kemerdekaannya jika ia tidak mampu melunasi, sekalipun ia rajin bekerja, tidak boleh diberi zakat dari tuannya karena dirinya masih tetap menjadi milik sang tuan.
6) Gharim: orang berhutang buat dirinya sendiri untuk kepentingan yang bukan maksiat.
7) Sabilillah: pejuang agama sukarelawan sekalipun kaya, maka pejuang diberi bagian sebagai nafkahnya, pakaiannya dan juga pergi dan pulang, demikian pula diberi biaya alat peperangan/perjuangan.
8) Ibnu sabil: musafir yang melewati daerah zakat, memulai kepergiannya yang wenang dari daerah zakat, sekalipun untuk pesiar atau ia rajin bekerja, lain halnya bila musafir mksiat kecuali jika telah bertaubat, atau musafir tanpa tujuan yang benar. Missal orang yang berpetualang.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zakat (زَكَاةَ), bentuk masdhar yang berasal dari kata zaka – yazku – zaka’an (زكا - يزكو - زكاء) berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Menurut istilah zakat merupakan kadar harta harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai syarat.
Zakat ada dua macam, yaitu zakat yang berhubungan dengan diri (badan) yang disebut zakat fitrah dan yang berhubungan dengan harta atau disebut zakat mal. Adapun zakat mal mliputi zakat emas dn perak, zakat pertanian dan zakat peternakan. Golongan orang yang berhak menerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, riqob, gorim, sabilillah dan ibnu sabil.
B. KRITIK dan SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan tentang Zakat. Kritik dan saran kami tunggu untuk perbaikan makalah yang akan datang.












DAFTAR PUSTAKA
Gus Arifin, Zakat, Infak, Sedkah Dalil-Dalil Dan Keutamaan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2011.
Az-Zuhaili Wahbah, Fiqih Islam Wa Adilatuhu 3, Jakarta: Gema Insani, T.Th.
As’ad Aliy, Fathul Mu’in Jilid 2, (Kudus: Menara Kudus,1979).
Rifa’i Moh, Ilmu Fiqih Lengkap, (Semarang: Cv. Toha Putra,1978).












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox