Breaking

LightBlog

Selasa, 07 Juni 2016

Turunnya Al-Qur'an


TURUNNYA AL- QUR’AN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ulumul Quran
Dosen Pengampu: Kasan Bisri, M.Si



Disusun oleh:
Ahmad Basyari Alwi (1504026131)
Nizza Masthuti (1504026120)
Afina Rizki (1504026109)



JURUSAN TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015



BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
             Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman islam.Kitab yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan didunia maupun diakhirat yang dirangkum yang dirangkum dalam Al-Qur’an.Banyak sejarah yang mengungkap bagaimana turunnya Al-Qur’an dan bagaimana cara nabi Muhammad SAWmenyampaikan kepada umatnya.Banyak lika-liku yang di hadapi Nabi Muhammad SAWdalam menyampaikan ajaran agama islam dengan Al-Qur’an sebagai pedomannya.Begitu pentingnya Al-Qur’an sehingga umat islam wajib memahami,mempelajari,mengamalkan Al-Qur’an.
Dalam mempelajari Al-Qur’an banyak aspek yang dibahas mengenai Al-Qur’an,salah satunya adalah ilmu Ulumul Qur’an .Ulumul Qur’an adalah cabang ilmu Al-Qur’an yang membahas tentang asal-usul Al-Qur’an baik asal-usul turunnya maupun isi yang terkandung didalamnya.sehingga menjadi penting untuk mempelajari ilmu tersebut.Agar dalam dalam memahami Al-Qur’an menjadi lebih mudah dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. RUMUSAN MASALAH
  Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa sebab-sebab turunnya Al-Qur’an?
2. Bagaimana pendapat para ulama tentag turunnya al qur’an?
3. Apa saja faedah turunnya al qur’an secara bertahap(munajjam)?
C.TUJUAN
 Makalah ini dibuat untuk menambah ilmu kepada mahasiswa tentang:
1. untuk mengetahui sebab-sebab turunnya alquran.
2. untuk mengetahui pendapat para ulama’
3. untuk mengetahui faedah-faedahnya


BAB I
PEMBAHASAN

A. Turunnya Al-Qur’an Sekaligus (Jumlah Wahidah)
          Allah menurunkan Qur’an kepada Rasul kita Muhammad untuk memberi petunjuk kepada manusia.turunnya Qur’an merupakan peristwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi.Turunnya Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qadarmerupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad.Umat ini telah dimuliakan oleh allah dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.Turunnya Qur’an yang kedua kali secara bertahap,berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya,sangat mengagetkan dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah ilahi yang ada dibalik itu.Rasulullah tidak menerima risalah agung ini sekaligus,dan kaumnya pun tidak pula puas dengan risalah tersebut dengan kesombongan dan permusuhan mereka. Oleh karena itu wahyu pun turun berangsur-angsur untuk menguatkan hati rosul dan menghiburnya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmat-Nya.
Allah  SWT  menurunkan  Al-Qur’an  tidak  sekaligus  sebagaimana  kitab-kitab yang  kita  ketahui, akan tetapi  sedikit  demi  sedikit secara  berangsur-angsur, sebab  ada  suatu  hikmah  atau rahasia yang terkandung di dalamnya. Wahyu itu diturunkan pada setiap ada peristiwa atau kejadian, supaya mereka kaum muslimin bertetap hati, tidak merasa jenuh dan Nabi sering dikunjungi oleh malaikat Jibril untuk dibangun kegembiraan dan kesenangan hati. Dengan demikian Nabi selalu merasa gembira karenanya. Untuk orang-orang yang ummi akan lebih mudah cara menghafalnya dan memahami. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril adalah secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. Kadang-kadang turun hanya terdiri dari beberapa ayat saja, dan kadang-kadang  terdiri dari beberapa ayat, lima sampai sepuluh ayat bahkan ada yang hanya satu ayat. Tetapi ada pula yang sekali turun terdiri dari satu surat lengkap yaitu terdiri dari beberapa surat yang pendek, seperal fatihah, surat al ikhlas, surat al- alaq, dan sebagainya. Oleh karena itu, tidaklah aneh kalau Al-Qur’an itu, sebagaimana apa yang telah kita dengar, telah dihafal oleh sejumlah besar para sahabat. Karena salah satu hikmah Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur menurut hemat penulis adalah agar lebih mudah dihafal ataupun dipahami oleh umat Rasulullah SAW dikemudian hari.Allah SWT menurunkan Al-Qur’an tidak sekaligus sebagaimana kitab-kitab yang kita ketahui, akan tetapi sedikit demi sedikit secara berangsur-angsur, sebab ada suatu hikmah atau rahasia yang terkandung di dalamnya. Wahyu itu diturunkan pada setiap ada peristiwa atau kejadian, supaya mereka kaum muslimin bertetap hati, tidak merasa jenuh dan Nabi sering dikunjungi oleh malaikat Jibril untuk dibangun kegembiraan dan kesenangan hati. Dengan demikian Nabi selalu merasa gembira karenanya. Untuk orang-orang yang ummi akan lebih mudah cara menghafalnya dan memahami. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat Jibril adalah secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. Kadang-kadang turun hanya terdiri dari beberapa ayat saja, dan kadang-kadang terdiri dari beberapa ayat, lima sampai sepuluh ayat bahkan ada yang hanya satu ayat. Tetapi ada pula yang sekali turun terdiri dari satu surat lengkap yaitu terdiri dari beberapa surat yang pendek.

1.Turunnya Qur’an sekaligus
 Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia
شهر ر مظا ن  الذ ى فىه القر ان هدى للنس و بينات من الهدى والفرقان-البقره:185
"Bulan ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan Qur’an sebagai petunjuk manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dengan yang batil”al-Baqarah(2):185).
         Dan firman-Nya:
:1انا أنزلناه فى ليلة القدر.-القدر
 “sesungguhnya kami telah menurunkannya(Qur’an)pada malam lailatul qadar.”(al-Qadr{97}:1)
         Dan firman-Nya pula:
إنا أ نز لناه فى ليلة مبا ر كة-الد خان:3
“sesungguhnya kami telah menurunkannya (Qur’an)pada suatu malam yang diberkahi.”ad-Dukhan{44}:3)


Ketiga ayat itu tidak bertentangan,karena malam yang diberkahi adalah malam lailatul qadar dalam bulan ramadan.Tetapi lahir(zahir)ayat-ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan rasulullah,dimna Qur’an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun.dalam hal ini, para ulama mepunyai dua mahdzab pokok:
1. Mahzab pertama:yaitu pendapat ibn abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya ulama.yang dimaksut dengan turunnya qur’an dalam ketiga ayat diatas ialah turunnya al-Qur’an sekaligus ke baitul ‘izzah dilangit dunia agar para malikat menghormati kebesarannya.
2. Mahzab kedua:yaitu yang diriwayatkan oleh asy-sya’abi bahwa yang dimaksud turunnya Qur’an dalam ketiga ayat diatas ialah permulaan turunnya Qur’an kepada rasulullah s.a.w.
Permula’an turunnya Qur’an itu dimulai pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan,yang merupakan malam yang diberkahi.
 2. Turunnya Qur’an Secara Bertahap
Allah berfiman dalam Qur’an:
وإنه لتنز يل رب العالمين۝١٩٢
نزل به الروح الأ مين۝١٩٣
بلسان عربي مبيزالشع۝١٩٤
على قلبك ل تكون من المنذ ر ين۝١٩٥
“Dan Qur’an ini benar-benar di turunkan oleh tuhan semesta alam;dia dibawa turun oleh ruhul amin (jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa arab yang jelas.”(asy-syu’ara’[26]:192-195).
              Ayat diatas menyatakan bahwa al-quranul karim adalah kalam Allah dengan lafalnya yang berbahasa arab;bahwa jibril telah menurunkannya kedalam hati Rasulullah s.a.w dan bahwa turunnya ini bukan yang pertama kali ke langit dunia.tetapi yang dimaksudkan adalah turunnya qur’an secara bertahap.Ungkapan dalam ayat-ayat diatas menggunakan kata tanzil bukannya inzal.Menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan berangsur-angsur .Qur’an turun secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun:tiga belas tahun dimekah menurut pendapat yang kuat dan sepuluh tahun dimadinah.

B. Pendapat para Ulama tentang Turunnya al-Qur’an
Terdapat pula pendapat lain yaitu di antara mereka yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir turun adalah Surat Al-Baqarah ayat 278, An-Nisa’ ayat 176, At-Taubah ayat 128-129, dan yang paling populer adalah Surat Al-Maidah ayat 3. Akan tetapi, pendapat yang paling kuat adalah pendapat di atas, yaitu Surat Al-Baqarah ayat 281. Masing-masing pendapat ini mempunyai alasan yang berbeda, tetapi alasan itu kurang kuat jika dibandingkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa yang terakhir turun tersebut Surat Al-Baqarah ayat 281. Menurut Salman Harun bahwa ayat terakhir yang turun adalah ayat ke lima dari Surat Al-Maidah. Isinya adalah pesan bahwa ajaran Tuhan tentang manusia dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat Al-Qur’an. Sesuai dengan makna Al-Maidah yaitu “ hidangan”, maka untuk mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa terakhirnya turunnya Al-Qur’an ialah hari Jumat, 9 Dzulhijah tahun 10 H atau tahun 63 kelahiran Nabi Muhammad SAW atau sama dengan bulan Maret 632 M, pada saat itu nabi sedang berwukuf di Padang Arafah dalam menyelenggarakan haji yang dikenal dengan haji Wada’. Sa’id bin Al-Khudri, sebagaimana dikutip oleh As-Syayuti, mengatakan, ayat ini turun kepada Nabi Muhammad SAW sembilan hari menjelang beliau wafat. Menurut pendapat yang lain masalah ayat yang paling akhir turun, tak satu pun yang marfu’ kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut Ibnu Abbas, ayat ini turun 81 hari sebelum Rasulullah SAW wafat. Jadi, inilah pendapat yang kuat dibandingkan dengan pendapat yang populer di kalangan umat Islam, bahwa ayat yang terakhir adalah Surat Al-Maidah ayat 3. Ayat ini turun di Padang Arafah ketika Rasulullah menunaikan haji terakhir, dan dia masih hidup beberapa bulan lagi setelah itu. Setelah Surat Al-Baqarah ayat 281, turun 9 hari atau 81 hari menjelang Rasulullah SAW wafat.
Syekh Muhammad Al-Khudhari dalam kitabnya, Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami, dan Syekh Abdu Al-Aziz Al-Khuli dalam kitabnya Al-Qur’an Wasfhuhu, Hidayatuhu, ‘Atsaru I’jazihi termasuk memegang ayat 3, surat Al-Maidah ini sebagai ayat yang diturunkan paling akhir yang diturunkan pada haji Wada’, dan setelah ayat diturunkan 81 hari sebelum Rasulullah SAW.
Imam Al-Syayuthi menolak ayat 3 Surat Al-Maidah sebagai ayat yang paling akhir turun dengan alasan, bahwa; pertama, yang dimaksud dengan “menyempurnakan agama” adalah menyempurnakan kekuasaannya, meninggikan kalimatnya, dan memperkuat wibawanya; kedua, yang dimaksud dengan “menyempurnakan agama” adalah menyempurnakan hukum-hukum halal dan haram. Dengan kata lain, tidak berarti setelah itu turun lagi ayat-ayat mengenai peringatan dan nasihat.
Tetapi menurut Imam Al-Zarkasyi punya pilihan lain. Penulis kitab Al-Burhan fi’Ulum Al-Qur’an ini menulis “Al-Qadhi Abu bakar mengatakan dalam kitab Al-Intishar ”Tak satu pun dari ucapan-ucapan ini yang marfu’ kepada Rasulullah SAW. Boleh jadi, perawinya mengatakannya sebagai suatu jenis ijtihad dan kecenderungan dugaan. Mengetahui yang demikian bukan termasuk kewajiban agama, ada kemungkinan, masing-masing mereka menginformasikan ayat yang terakhir yang didengarnya dari Rasulullah SAW pada hari wafatnya atau beberapa saat sebelum beliau sakit”.
Adapun tahap tahap turunya al-qur’an ada 3 tahap,yaitu:
1. Tahap pertama ( At-Tanazzulul Awwalu )
Al-Qur’an diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudh, yakni suatu tempat di mana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam QS Al-Buruj : 21-22.
بل هو قرأ ن مجيد۝٢١
في لوح محفوظ۝٢٢
Artinya : “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh”.
Dalam konteks ini Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus maupun secara keseluruhan. Hal ini di dasarkan pada dua argumentasi. Pertama: Karena lahirnya nash pada ayat 21-22
 surah al-Buruj tersebut tidak menunjukkan arti berangsur-angsur. Kedua: karena rahasia/hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur tidak cocok untuk tanazul tahap pertama tersebut. Dengan demikian turunnnya Al-Qur’an pada tahap awal, yaitu di Lauh Fahfudz dapat dikatakan secara sekaligus dan tidak berangsur-angsur.

2. Tahap kedua (At-Tanazzulu Ats-Tsani)
Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di Sama’ al-Dunya (langit dunia), yakni setelah Al-Qur’an berada di Lauh Mahfudh, kitab Al-Qur’an itu turun ke Baitul `Izzah di langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak isyarat maupun penjelasannya dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW.
Dalam firman Surat Ad-Dukhan ayat 1-6 :
حم ۝١ وألكتب المبين۝٢ إنا جعلنه قر ءنا عربياً لعلكم تعقلون۝۳ وإنه، في أم الكتب لذيا لعلى حكيم۝٤ أفنضرب عنكم الذكرصفحا أن كنتم قوما مسرفين۝٥ وكم أرسلنا من نبي فى الأولين۝٦
Artinya: “Ha-Mim. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Ad-Dukhan 1-6)
Hadis riwayat Hakim dari Sa`id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad saw bersabda: Al-Qur’an itu dipisahkan dari pembuatannya lalu diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia, kemudian mulailah Malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw.
Hadis riwayat al-Nasa’i, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata: Al-Qur’an itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama duapuluh tahun.
3. Tahap ketiga (At-Tanazzulu Ats-tsaalistu)
Al-Qur’an turun dari Baitul-Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW, yakni setelah wahyu Kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya di tempatkan di Lauh Mahfudh, lalu keduanya diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia, kemudian pada tahap ketiga Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad saw dengan melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain tersebut dalam QS Asy-Syu`ara’ : 193-194 dan Al-Furqan :32.
Firman Allah QS. Asy – syu’ara’: 193-194
وقال الذين كفروالولا نزل عليه القران جملة واحدة۝١٩٣
كذلك  لنثبت به فؤا دك ورتلنه ترتيل۝١٩٤
Artinya : “Ia (Al-Qur’an) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (Asy-Syu`ara’: 193-194)”.
Artinya : “Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja. Demikianlah supaya Kami perbuat hatimu dengannya dan Kami (menurunkan) dan membacakannya kelompok demi kelompok”. (Al-Furqan ayat 32).
Menurut As-Suyûthi berdasarkan tiga laporan dari Abdullâh bin ‘Abbâs, dalam riwayat al-Hakim, al-Bayhaqi dan an-Nasa’i, telah menyatakan, bahwa al-Qur’an telah diturunkan melalui dua tahap:
1. Dari Lawh al-Mahfûdl ke Bayt al-‘Izzah (langit dunia yang paling rendah) secara keseluruhan dan turun sekaligus, yang terjadi pada malam Qadar (Laylah al-Qadar).
2. Dari Bayt al-‘Izzah ke dalam hati Rasulullah saw. Secara bertahap selama 23 tahun kenabian Muhammad saw. Adapun yang pertama kali diturunkan terjadi di bulan Ramadhan, melalui malaikat Jibril as.
Perbedaan pendapat ulama tentang turunnya al qur’an secara bertahap. Ada dau perbedan pendapat besar para ulama. Pertama yaitu bersamaan waktu di angkatnya Muhammad menjadi nabi sampe menjadi rasul.dan watku itu terrusberlangsung sampe wafatnya nabi muhammad saw. Menurut pendapat yang mashur Rasulullah pada tanggal 27, bulan Rajab bertepatan dengan awal Februari tahun 610 masehi diutus untuk menjalankan misi menyampaikan risalah Allah dan kemudian beliau wafat pada tanggal 28 shafar tahun ke sebelas hijrah.
Pendapat kedua, sekalipun waktunya bersamaan dengan bi’tsah, namun sudah ada beberapa ayat yang diturunkan. Nuzulnya al-Quran secara bertahap sebagai kitab samawi terjadi tiga tahun pasca bi’tsah. Dimulai dari malam laylatul qadar hingga akhir dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.
Dan ada pun pendapat para ulama mengenai tanggal turunnya al Qur’an. Ada yang berpendapat tanggal 17 Ramadhan dan ada juga yang berpendapat tanggal 24 Ramadhan.
Pendapat pertama, berdasarkan QS. Al- anfal : 41.
Artinya : “ ... yang kami turun kan kepada hamba kami (Muhammad) dihari Furqaan, yaitu diharu bertemunya dua pasukan..”.(QS. Al – anfal : 41)
Yang di maksud furqaan di dalam QS : Al- anfal adalah memisahkan antara yang haq dengan yang batil. Dan yang dimaksud hari furqaan adalah hari jelasnya kemenangan umat islam dan kekalahan orang kafir. Yaitu hari bertemunya dua pasukan dalam perang badar. Pada hari jumat tanggal 17 Ramadhan tahun kedua hiriyah.

3. faedah turunnya Al-Qur’an secara bertahap
Turunnya Al-Qur’an secara bertahap itu mengandung faedah yang nyata serta rahasia yang cukup banyak, dimana yang mengetahui hanyalah orang-orang yang alim/pandai, sedangkan orang-orang yang belum alim/pandai tentu tidak akan mengerti. Disini kami simpulkan garis besarnya sebagai berikut:
1) Hikmah yang pertama adalah meneguhkan hati/tanggapan Nabi SAW. Hal ini telah di kemukakan dalam ayat Al-Qur’an yang menyangkut pembahasan bantuan terhadap orang-orang musyrik yaitu ketika mereka menganjurkan agar Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus sebagaimana kitab-kitab sanawiyah dahulu, kemudian Allah menjawab dengan firman-Nya:
كذ لك لنثبت به فوءادك ورتلنه ترتيلا
Yang dimaksud dengan meneguhkan hati Nabi hanyalah sekedar pemeliharaan Allah serta penguat bagi seorang Rasul Allah dihadapan penantang utamanya dalam menghadapi penganiayaan terhadap dirinnya dan pengikutnya.
2) Hikmah yang kedua adalah meringankan Nabi dalam menerima wahyu. Hal ini karena kedalaan dan kehebatan Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah:

انا سنلقي عليك قولا ثقيلا       "سورة  المزمل"
Sesungguhnya kami akan menurunkan perkataan kepadamu yang berat.
(Al-Muzzammil ayat 5)
Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah adalah merupakan sabda Allah yang istimewa. Ia adalah sebuah kitab yang andai kata diturunkan kepada gunung niscaya akan hancur dan merata karena hebatnya dan agunngnya.
3) Hikmah yang ketiga adalah tadarruj (berangsur-angsur) dalam penetapan hukum. Dalam hal ini amat nyata dan jelas, dimana metode Al-Qur’an terhadap manusia, khususnya orang-orang Arab ada suatu metode yang filosofis dalam melepaskan mereka dari dunia kemusyrikan untuk hidup dengan penuh pancaran iman serta membudaya dalam pribadinya untuk cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, iman dengan hari kebangkitan dan pembalasan. Setelah itu langkah pemantapan dan pelestarian man hendaklah diteruskan dengan ibadah. Ibadah yang mula pertama ditekankan adalah shalat yaitu pada masa sebelum hijrah, kemudian berikutnya ibadah shaum (puasa) dan zakat yaitu pada tahun yang kedua hijrah dan yang terakhir adalah ibadah haji yaitu pada tahun keenam hijrah.
4) Hikmah yang keempat adalah mempermudah penghafal Al-Qur’an bagi kaum muslimin serta mempermudah pemahaman dan penghayatan mereka telah dimaklumi bahwa orang islam (di masa Nabi dahulu), ummi (tidak bisa tulis baca).Jelaslah disini bahwa hikmanhya Allah menurunkan kitab-Nya yang agung secara bertahap adalah supaya mudah dihafal oleh ingatannya. Dan dada-dada mereka bagaikan kitab-kitab inilnya, sebagaimana diriwayatkan dalam gambaran umat Muhammad SAW. Di samping itu perlengkapan alat tulis tidak mudah didapat oleh para sekretaris dimasa itu karena tidak adanya. Dengan demikian apabila Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus niscaya akan merasa kepayahan dalam menghafalnya lebih-lebih untuk memahami dan menghayati isinya.
5) Hikmah yang kelima adalah sesuai dengan kejadian dan keadaan disaat diturunkan sekaligus memperingatkan kesalahan-kesalahan pada waktunya. Sungguh hal yang demikian itu akan lebih mantap dan tertanam dalam hati dan lebih mendorong untuk mengambil pelajaran secara praktis. Maka bila ada persoalan baru dari kalanga mereka, turunla ayat yang sesui dengan persoalan tersebut. Bila terjadi kesalahan dan penyelewengan dikalangan mereka, turulah Al-Qur’an memberi batasan serta pemberitahuan kepada mereka tentang masalah mana yang harus ditinggalkan data yang patut dikerjakan. Dengan itu pula Al-Qur’an menjelaskan tempat terjadinya kesalahan pada saat itu. Ambillah sebuah contoh dalam persoalan ini tentang perang Hunain, ketika itu hati orang Islam telah tertipu dimana mereka mengeluarkan kata-kata sombong dan optimis tatkala mereka melihat jumlah bilangan askar mereka yang berlipatganda melebihi pasukan kafir. Di saat itu mereka dihinggapi sikap kesombongan seraya mengatakan: “Kali ini pasti kami tidak akan terkalahkan oleh musuh karena mereka sedikit jumlahnya”. Akhirnya mereka berantakan dan mundur kocar kacir.
6) Adapun hikmah yang keenam ialah memberi petunjuk terhadap asal-usul sumber Al-Qur’an, dimana diturunkan dari Dzat yang Maha Bijaksana lagi terpuji. Dalam hikmah yang luhur ini patutlah kami kutip teks yang dikemukakan oleh Syeikh Mohammad Abdul Azhim Az-Zarqany dalam kitabnya Manahilul Irfan, dimana beliau mengemukakan secara tegas” ....... memberi petunjuk terhadap sumber Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah semata tidak mungkin kalau Al-Qur’an itu kata-kata Muhammad atau kata-kata makhluk lainnya.......” argumentasinnya ialah: kami telah membaca Al-Qur’an sampai tamat, ternyata rangkaian kata-katanya begitu teratur, lembut jalinannya, susunan bahasannya, begitu hebat serta kuat kaitannya. Satu sama lainnya saling berhubungan baik antara satu surat dengan lainnya, ayat-ayat satu dengan lainnya maupun dilihat dari secara keseluruhannya. Secara keseluruhan dari mulai alif sampai “ya” mengalir darah kemu’jizatannya, seolah-olah Al-Qur’an adalah suatu gumpalan yang tak terpisahkan. Diantara bagian-bagiannya tidak terpisah-pisah, tak ubahnya bagaikan untaian mutiara atau sepasang kalung yang menarik perhatian. Huruf-huruf dan kata-katanya tersusun secara sistimatis, kalimat dan ayat-ayat tersusun begitu rapi.












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebab – sebab turunnya al Qur’an ada dua yaitu secara bertahap dan secara langsung. Ada beberapa pendapat dari kalangan ulama mengenai turunnya al Qur’an baik secara bertahap dan secara langsung. Yang didebatkan antara lain yaitu tentang waktunya baik tanggal maupun tempat turunnya al qur’an. Dan faedah – faedah yang dapat di ambil dari turunnya al Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shabuny, Muhammad Aly, Pengantar Study Al-Qur’an, Bandung: Al-Ma’arif, 1987,
Drs. Hafidz Abdurrahman, MA, “Ulumul Quran Praktis”, cet.1, hal.33 (Bogor, CV IDeA Pustaka Utama, 2003)
http://hadisoecipto.blogspot.com/2013/07/ulumul-quran-nuzulul-quran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox