Breaking

LightBlog

Selasa, 07 Juni 2016

Gerakan penerjemahan dan filosof muslim awal


GERAKAN PENERJEMAHAN DAN FILOSOF-FILOSOF MUSLIM AWAL
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Bapak Aslam Sa’ad



Oleh:
Hafniya Turohmah (1504026108)
Ahmad Basyari Alwi (1504026131)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
TAFSIR DAN HADITS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di kalangan umat Islam zaman dulu, filsafat merupakan suatu pencarian kerohanian, dan sejarah filsafat Islam merupakan kisah perkembangan dan Kemajuan Roh. Begitu pula ilmu pengetahuan Islam, sebab menurut Kitab Suci Al-Qur’an, seluruh fenomena alam, penemuan serta karya-karya ilmiah merupakan petunjuk-petunjuk mengenai Allah.
Menurut E.I. Rosenthall, “tujuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya,” dan juga untuk menekankan “bahwa wahyu tidak mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan akal.” Dengan kesadaran bahwa sumber pengetahuan hanya satu, para filsuf Islam merasa tidak mungkin ada pertentangan antara apa yang didiktekan oleh akal dan firman Allah sebagai yang diwahyukan kepada Nabi Besar dan dicatat dalam Al-Qur’an. Apa yang tampak sebagai konflik dapat dipecahkan melalui pemikiran yang lebih mendalam. Oleh sebab itu, diadakan pembedaan antara makna yang tampak dan makna yang tersembunyi dari kebenaran yang diwahyukan. Kontradiksi-kontradiksi yang tampak akan menghilang jika maknanya yang tersembunyi sudah dapat ditangkap.
B. RumusanMasalah
1. Apa itu gerakan penerjemahan?
2. Siapa saja filosof-filosof muslim pertama?
3. Bagaimana pemikiran-pemikiran para filosof muslim pertama tentang filsafat?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu gerakan penerjemahan
2. Untuk mengetahui para filosof-filosof muslim pertama dan untuk mengetahui pemikiran-pemikirannya










BAB II
PEMBAHASAN
A. Gerakan Penerjemahan
Gerakan penerjemahan adalah proses yang mengawali dialog kreatif antara pemikiran Islam dan tradisi filsafat Yunani. Gerakan penerjemahan ini didorong oleh keterbukaan budaya Islam sebagai implikasi dari keterbukaan budaya Islam yang kosmopolitan. Selain itu, gerakan ini didukung oleh para penguasa yang memiliki ketertarikan dan kepedulian dengan perkembangan ilmu pengetahun dan sains. Banyak tokoh menyatakan bahwa pengalihan bahasa, kedalam bahasa Arab, sekian banyak buku filosof  Yunani dan Iskandariah dari pusat-pusat pembelajaran yang memiliki reputasi, telah mempercepat laju perkembangan filsafat, beragam sains dan kesenian.
Abu Hasyim Khalid ibn Yazid dari bani Umayyah merintis penerjemahan karya-karya Yunani di Syria. Yazid menyelenggarakan penerjemahan karya-karya kedokteran, kimia, dan astrologi kedalam bahasa Arab. Pada masa Khalifah al-Manshur dari dinasti Abassiyah, terjemahan karya filsafat pertama yang patut dihargai berasal dari sastrawan terkemuka, ‘Abdullah ibn Muqaffa’ atau putranya, Muhammad, yang mencakup Categories, Hermeneutica, dan Analytica Apriora karya aristoteles. Demikian pula, penerjemahan ringkasan Galen atas karya besar Plato (Dialogue) yang berjudul Timaeus, hingga karya Aristoteles, seperti De anima, Book of animal, dan Analyticcapriora yang dikerjakan oleh Yahya ibn al-Bithriq pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid.
Putra Harun ar-Rasyid, Al-Ma’mun, mendirikan bayt al-hikmah di Bagdad tahun 830 M sebagai perpustakaan dan institute penerjemahan. Ini adalah institute terbesar sepanjang sejarah penerjamahan karya-karya filsafat dan kedokteran Yunani. Sebagai Khalifah yang cerdas dan cemerlang, al-Ma’mun menetapkan kebijakan resmi penerjemahan karya-karya filsafat, sains, dan kedokteran Yunani. Diantara penerjemahan karya filsafat penting yang dihasilkan di Bayt al-Hikmah adalah analyticaposteriora karya Aristoteles; Synopsis of the ethics karya Galen; dan sejumlah intisari dari karya-karya Plato, seperti Shopist, Permenides, Politicus, Republic, dan Laws. Karya-karya tersebut diterjemahkan oleh tim yang terdiri dari Hunain, Hubaisy, dan ‘Isa ibnYahya.  Dan, banyak lagi karya terjemahan penting yang dihasilkan oleh cendekiawan muslim.
Karya-karya terjemahan telah memicu berkembangnya pemikiran filosofis dan teologis dikalangan masyarakat Muslim. Pengaruhnya semakin menguat pada abad ke 7 seiring dengan menajamnya perselisihan teologis dikalangan umat. Hal tersebut, menjadi catatan betapa megahnya peradaban Islam dan dinamika perkembangan pemikiran di kalangan muslim.
Gerakan penterjemahan ini berlangsung selama 150 tahun, mulai tahun 750 sampai 900 M. Berkembanglah ilmu pengetahuan dan filsafat dibawah pengaruh khalifah-khalifah bani Abbas. Dalam perkembangan ilmu dan filsafatini, pengaruh terbesar yang diterima oleh ulama Islam adalah dari Yunani. Pengaruh besar bagi kaum muslimin, terutama karena kontak dengan kebudayaan Yunani bersamaan dengan penulisan ilmu-ilmu Islam dan masuklah unsur-unsur kebudayaan Yunani, yang mewarnai corak dan isi.

B. Filosof-filosof Muslim Pertama dan Filsafatnya

1. Al-Kindi (185 H/801 M-260 H/873 M)
a. RiwayatHidup
Nama lengkpnya Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail bin Muhammad bin Al-Ash’ats bin Qais Al-Kindi. Ayahnya adalah gubernur Basrah pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah, Al-Hadi (169-170 H/785-786 M) dan HarusAr-Rasyid (170-194 H/786-809 M). Al-Kindi dilahirkan di Kufah. Ia memperoleh pendidikan masa kecilnya di Basrah, tetapi tumbuh, dewasa, dan meninggal di Baghdad. Di Baghdad ia terlibat dalam gerakan penerjemahan dan cukup memiliki harta untuk menggaji banyak orang guna menerjemahkan atau menyalin naskah-naskah ilmu pengetahuan dan filsafat dalam rangka mengisi dan melengkapi perpustakaan pribadinya.
b. Filsafat Al-Kindi
Ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik yang tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Kata-katanya ini ditujukan kepada mereka yang menentang filsafat dan mengingkarinya karena dianggapnya sebagai ilmu kafir dan menyiapkan jalan kepada kekafiran. Sikap mereka inilah yang selalu yang menjadi rintangan bagi filsuf-filsuf Islam, terutama pada masa Ibnu Rusyd.
Al-Kindi meninjau filsafat dari dalam dan dari luar. Dengan tinjauan dari dalam ini bermaksud mengikuti pendapat filsuf-filsuf besar tentang arti kata-kata filsafat, dan dalam risalahnya yang khusus mengenai definisi filsafat ia menyebutkan nama definisi yang kebanyakan bercorak Platonisme. Dengan tinjauan dari luar ia bermaksud memberikan sendiri definisi filsafat.
Menurut Al-Kindi; filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan manusia, ilmu ketuhanan, ilmu keesaan, (wahdaniyah), ilmu keutamaan (fadhilah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya serta cara menjauhi perkara-perkara yang merugikan. Jadi, tujuan seorang filsuf bersifat teori, yaitu mengetahui kebenaran, dan bersifat amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin dekat kepada kebenaran, semakin dekat pula kepada kesempurnaan.

2. Ibnu Masarrah ( 269-319 H/83-931M )
a. RiwayatHidup
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Masarrah Al Jabalai, di Cordoba pada tahun 269 H/883 M dan meninggal pada tahun 319 H-931 M. Di siera, daerah perbukitan dekat Cordoba.
Ayahnya, Abdullah adalah pengikut Mu’tazilah yang mewariskan fahamnya kepada anaknya. Tetapi pada masa hidupnya aliran Mu’tazilah merupakan aliran yang kurang disegani masyarakat. Oleh sebeb itu ia berusaha untuk menyembunyikan dan merahasiakan pendiriannya. Ia mengasingkan diri sambil beribadah (Uzlah?) di sebuah perbukitan dekat cordoba.
b. Filsafat Ibnu Masarrah
Menurut Ibnu Masarrah, filsafat akan menimbulkan keinginan di dalam sukma untuk pergi dari alam kenyataan ini kedalam awal “Rihlah Rokhani” perjalanan rohani. Sukma atau Roh adalah sesuatu yang halus yang ada didalam tubuh. Ia merupakan sesuatu yang terpercaya, karena berasal dan bersumber dari jiwa yang Universil. Yang disebut Sukma adalah roh yang potensiil yang suci lagi bersih, yang dapat mengetahui kebenaran. Kebenaran dalah bukan hanya hasil akal fikiran semata, tetapi harus dilandasi oleh rokh suci. Dengan kata lain pengetahuan yang benar hanya dapat dicapai dengan akal yang benar yang berasal dari roh yang universil dengan jalan pertapaan (meditasi). Dengan pertapaan adalah berarti pembersihan dan pembebasan sukma melalui kebiasaan menahan diri, suka rela dengan kemiskinan, selalu bersunyi diri, sabar, pemaaf dan tidak pendendam. Latihan setiap hari dengan perlahan-lahan akan mengangkat sukma ketingkat “mistic stasion of sincerity”, situasi batin yang lurus.

3. Ibnu Maskawaih ( 325-421H/1030 M)
a. Riwayat Hidup
Nama lengkapnya Abu Ali Al-Khozin Ahmad ibn Muhammad bin Ya’kub lebih dikenal dengan nama Ibnu Maskawaih. Maskawaih atau Miskawaih adalah nama kakaknya. Abu Bakar Atjeh menyebutnya dengan nama Ibnu Maskawaih, tetapi M. Natsir, 1) T.Y. de Boer, juga Dairatul Ma’arif menyebut Ibnu Miskawaih, 2) sedang M.M. Syarif menyebutnya Miskawaih saja tanpa Ibnu. 3) sebagaimana Ibnu Thufail, Ibnu Maskawaih inipun tidak banyak diketahui sejarah hidup maupun pendidikannya. Dia kenal sebagai ahli filsafat setelah menjadi orang pandai. Beliau dikenal sebagai sejarahwan, penyair dan ahli kimia. M.M. Syarif, menyatakan bahwa sebagai seorang ahli kimia ia telah mencoba membikin emas imitasi.
b. Pokok-Pokok Pikiran Filsafatnya
Sebagaimana filosof Islam lainnya, Ibnu Maskawaih juga dipengaruhi oleh Plato, Aristoteles dan Galieneus. Ibnu Maskawaih berusaha mengkompromikan antara pendapat Plato, Aristoteles dan Galieneus dengan ajaran-ajaran Islam. Namun menurut de Boer, fikiran Aristoteles lebih banyak mempengaruhinya, hal ini dapat kita lihat didalam kitabnya “Tahdzibul Akhlaq”. Hasil kompromi itu merupakan satu filsafat Akhlak yang sampai sekarang masih berpengaruh di timur.
Ibnu Maskawaih juga merintis jalan baru yang boleh dikata berbeda dengan jalan yang ditempuh orang dalam mempelajari filsafat. Untuk mencari filsafat orang tidak harus memulai dengan mempelajari Ilmu Mantiq (Logika) dan Ilmu Pengetahuan lainnya. Tetapi tinjauan filsafat lebih mengutamakan jiwa/phsychologi. Oleh karena itu dia lebih dikenal sebagai perintis filsafat akhlak dalam Islam.

4. Ibnu Bajjah ( 489-533 H/1095-1139 )
a. Riwayat Hidupnya
Ibnu Bajjah dipandang sebagai filosof Islam pertama di Spanyol, ia hidup sezaman dengan Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al Ghazali. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Saigh Al Tujibi Al Saraqusti atau Ibnu Bajjah. Di barat disebut dengan avenpace. Lahir di Saragossa, pada tahun ± 489 H/1095 M. Ia hidup berpindah-pindah, yakni di Sevilla, Granada dan Fas. Ia meninggal dunia pada tahun 533 H/1139 M. Riwayat hidup, pendidikan serata lainnya tidak banyak diketahui orang. Namun ia menikmati masa mudanya dan menyelesaikan pendidikannya di saragossa.
b. Pandangan Filsafatnya
Ibnu Bajjah, pandangan filsafatnya terperanguh oleh Aristoteles dan Al Farabi, terutama didalam konsepsi filsafat alamnya. Bahwa materi utama adalah tidak punya bentuk dan bentuk pertama adalah bukan materi. Yang dikatakan bentuk adalah gambaran, konsep, makna, form yang tidak punya dimensi sehingga tidak dapat ditangkap kecuali dengan akal-pikiran, bukan dengan panca-indera. Hal yang dapat ditangkap oleh pancaindera adalah yang mempunyai dimensi, sedang konsep tidak ber-dimensi. Demikian pula Tuhan yang tidak lain dalah Penggerak Pertama (Al-Muharrik Al Awwal), adalah tidak berbentuk dan bukan pula materi. Akal aktif adalah bukan Tuhan tetapi hanya limpahan Tuhan yang derajat kedudukannya di bawah akal pemisah. Baik tuhan maupun akal pemisah berada di luar kemampuan-kemampuan indera manusia. Tuhan sebagai penggerak pertama, sumber gerak yang menggerakkan seluruh alam semesta ini dan lahirlah bermacam-macam kejadian dan peristiwa tak ada habisnya selama dunia ini masih ada.

5. Ibnu Thufail ( 506 H/1110-1165 )
a. Riwayat Hidupnya
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik ibnu Thufail di dunia Barat dikenal Abu Bacer, lahir pada tahun 506 H/1110 M. di Wady Asy, sebelah Timur laut Granada. Ia hidup di masa dinasti Muwahhidin, Khalifah Abu Ya’qub Yusuf Al-Manshur (1163-1184) di mana Ibnu Thufail menjadi dokter pribadinya. Khalifah ini besar minatnya terhadap Ilmu Pengetahuan. Sebagai dokter pribadi Khalifah ia mempunyai pengaruh besar terhadap Khalifah sehingga ia dapat memperkenalkan Ibnu Rusydi, dimana akhirnya Ibnu Rusydi menggantikan kedudukan sebagai dokter pribadi Khalifah. Atas inisiatifnya ini pula, ia mengundang beberapa orang pandai antara lain Ibnu Rusydi, Al-Bajjah untuk belajar bersama di perpustakaan Istana, terutama mengenai filsafat Aristoteles.
b. Pemikiran Filsafatnya
Dari keringkasan isi kisah Hay bin Yakdhon bahwa para pelaku dalam kisah tersebut mengandung arti bahwa : Hay bin Yakdhon menggambarkan orang yang mempunyai akal fikiran sebagai fitroh bagi setiap manusia. Asal (versi Ibnu Sina namanya Absal) adalah seorang yang berilmu dan beragama Islam, di mana ilmunya telah dilengkapi dengan wahyu, sedang Salamun adalah menggambarkan tentang masyarakat.
Kisah Hay bin Yakdhon adalah tidak lain kisah bagaimana manusia mencari kebenaran (Tuhan). Hay mencari dengan akal fikiran, sedang Asal dengan bantuan dan petunjuk wahyu. Dengan demikian, kisah itu mengandung beberapa pemikiran filsafat, antara lain :
1. Dengan akal fikiran manusia dapat mengetahui adanya Tuhan, yaitu dengan memperhatikan keanekaragaman alam semesta. Namun konsepsi tenntang Tuhan dan bagaimana seharusnya manusia melakuakan kewajiban terhadap Tuhan dan hak-hak yang gaib lainnya tidak dapat diketahuinya.
2. Bahwa konsepsi tentang Tuhan dan hal-hal yang gaib lainnya pula kewajiban yang harus dilakukan manusia terhadapnya hanya dapat diketahui karena ditunjukkan oleh wahyu.
3. Bahwa dengan akal fikiranpun manusia sampai kepada tuhan sebagaimana dengan wahyu. Dengan kata lain akal fikiran dan wahyu tidak berbeda.
4. Bahwa filsafat merupakan suatu ilmu yang sukar dan rumit yang tidak mudah difahami oleh orang awam.














BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan terjemah adalah proses yang mengawali dialog kreatif antara pemikiran Islam dan tradisi filsafat Yunani. Gerakan penerjemahan ini didorong oleh keterbukaan budaya Islam sebagai implikasi dari keterbukaan budaya Islam yang kosmopolitan. Selain itu, gerakan ini didukung oleh para penguasa yang memiliki ketertarikan dan kepedulian dengan perkembangan ilmu pengetahun dan sains. Banyak tokoh menyatakan bahwa pengalihan bahasa, kedalam bahasa Arab, sekian banyak buku filosof Yunani dan Iskandariah dari pusat-pusat pembelajaran yang memiliki reputasi, telah mempercepat laju perkembangan filsafat, beragam sains dan kesenian.
Tokoh-tokoh filsafat muslim banyak dan diantaranya:al-Kindi, Ibn Rusyd, yang mana mereka berdua dikenal filosof paling banyak menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam Bahasa Arab, selain itu ada Ibn Massarah, Ibnu Bajjah, Ibn Thufail, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh fisafat muslim.

B. Saran
Demikian makalah yang kami tulis, dan pastinya dalam penulisan makalah ini, tentu banyak  kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan, kurangnya buku referensi yang kami peroleh. Dan kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena itu kami, sangat mengharapkan saran, kritik dan juga pembenaran, supaya lebih baik lagi. Terimakasih.










DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahman, Dhuhai Islam, Al-Qorihoh, 1959.
C.A.Qodir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2002
Majid, Nurcholis, Kaki Langit Peradaban Islam. Jakarta:Paramadina,1997.
Muslim, ishak, Tokoh-Tokoh Filsafat Islam Dari Barat, Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Nasution.Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,1986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox