Breaking

LightBlog

Selasa, 07 Juni 2016

ANALOGI


ANALOGI
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Logika
Dosen Pengampu : Bapak Dr. Syafi’i M.Ag


Disusun Oleh:
Ahmad Basyari Alwi (1504026131)
Miftahul Huda (1504026130)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
TAFSIR DAN HADITS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjelaskan suatu hal yang baru, kita terkadang kesulitan untuk mencari kata yang tepat yang dapat membuat orang yang kita ajak bicara paham akan apa yang sedang kita jelaskan, untuk itu kita perlu padanan kata yang sudah ada untuk membuat sesuatu yang baru itu mudah dipahami. Metode menyamakan satu hal dengan hal yang lain inilah yang disebut analogi.
Jika dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada penyimpulan, maka pada analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu peristiwa lain yang sejenis.
Apa yang terdapat pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat juga pada fenomena peristiwa yang lain karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal. Berdasarkan persamaan prinsipal pada keduannya itulah mereka akan sama pula pada aspek-aspek lain yang mengikutinya.

B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Analaogi.
2) Macam-macam Analogi.
3) Cara Menilai Analogi.
4) Analogi yang Pincang.














BAB II
PEMBAHASAN

1) Pengertian Analogi
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain. Pemikiran ini juga bisa disebut pemikiran melalui persamaan atau pemikiran melalui analogi atau disebut analogi logis.
Analogi merupakan salah satu jenis penalaran induksi. Penalaran ini bertolak dari suatu kejadian khusus lainnya yang semacam, selanjutnya disimpulkan bahwa jika benar kejadian khusus yang pertama, maka akan benar pula kejadian berikutnya yang semacam tersebut.
Analogi kadang-kadang disebut juga Analogi Induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain, demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Sebagian besar pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi juga didapat dengan penalaran Analogi. Jika kita membeli sepasang sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu akan enak dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan), karena sepatu yang dulu dibeli ditoko yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan serupa adalah penalaran analogi. Begitu pula jika berkeyakinan bahwa buku yang barusaja kita beli adalah buku yang menarik karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang ternyata menarik.

Contoh dari penyimpulan analogik adalah:

Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat antara bumi yang kita tempati ini dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus dan Mercurius. Planet-planet ini kesemuannya mengelilingi matahari sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda, semuanya meminjam sinar matahari, sebagaimana bumi. Planet-planet itu berputar pada porosnya sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan hukum subyek dari gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.

2) Macam-macam Analogi
Ada dua macam analogi: Pertama adalah analogi induksi/induktif sebagaimana telah dijelaskan diatas dan yang Kedua adalah analogi deklarasi/deklaratif atau analogi penjelasan. Pengertiannya adalah metode untuk menjelaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Contoh Analogi Deklaratif adalah:
 seorang profesor hendak menjelaskan bagaimana suatu ilmu bisa terjadi. Demikian contoh yang dimaksud: ilmu pengetahuan dibangun dari fakta, sebagaimana gedung dibangun dari tanah dan batu. Dari fakta dirumuskan jadi konsep, sebagaimana dari tanah dan batu diolah dengan cara tertentu menjadi batu bata. Jika dua atau lebih konsep terdapat hubungan dasar, maka jadilah teori, sebagaimana batu bata yang satu tersusun dengan teknologi sedemikian rupa hingga menjadi dinding berdiri (dinding luar dan dinding penyekat ruang), dinding mendatar (lantai) atau dinding berposisi lain. Jika serumpunan teori memiliki hubungan logis, sistematis, maka terjadilah suatu ilmu (sains), sebagaimana susunan dan model dinding dengan unsure dan variasinya menjadi satu unit gedung.
Ilmu pengetahuan itu dibagun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu bata adalah rumah.
Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni.
Disini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dengan air seni.
3) Cara Menilai Analogi
Sebagaimana generalisasi, kepercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang telah kita ketahui, maka demekian pula analogi. Untuk mengukur derajat kepercayaannya sebuah analogi dapat diketahui denagn alat berikut:

1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf kepercayaannya. Apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada suatu tukang penatu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada kawan saya untuk tidak mengirimkan pakaian kepada tukang penatu tadi. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B kawan saya juga mendapat hasil yang menjengkelkan atas bajunya yang dikirim ke tukang penatu yang sama. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C,D,E,F, dan G juga mengalami hal yang serupa.

2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. ambillah contoh yang telah kita sebut, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli ditoko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya dan bahannya.

3. Sifat dari analogi yang kita buat. Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relavan jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan persamaan yang tidak relavan. Penyimpulan seorang dokter bahwa untuk mengobati tuan B adalah sebagaimana yang telah dilakukan terhadap tuan C karena keduanya menderita tanda-tanda terserang penyakit yang sama dan karena jenis darahnya sama, jauh lebih kuat dibanding jika mendasarkan pada persamaan lebih banyak tetapi tidak relevan, misalnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna kulitnya, jumlah anaknya dan kesukaannya.
4) Analogi Yang Pincang
Meskipun analogi merupakan corakpenalaran yang popular, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif, misalnya:

Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangn tidur ditempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Disini naik pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak takut tidur ditempat tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang yang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang meninggal ditempat tidur bukan disebabkan kecelakaan tempat tidur, tetapi karena penyakit yang diidapnya. Jadi, disini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.
Kekeliruan kedua adalah kekeliruan pada analogi deklaratif, misalnya:

Negara kita sudah banyak berutang. Dengan pembangunan lima tahun kita harus menempuh utang terus-menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan? Karena itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melaksanakan pembangunan lima tahun.












BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain. Pemikiran ini juga bisa disebut pemikiran melalui persamaan atau pemikiran melalui analogi atau disebut analogi logis. Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.Macam-macam analogi ada dua: yakni analogi induktif dan deklaratif.
Untuk mengukur derajat kepercayaannya sebuah analogi dapat diketahui denagn alat berikut: Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi, Sifat dari analogi yang kita buat. Analogi yang pincang itu dapat terdapat dari analogi induktif dan deduktif.

B. Saran
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Oleh karena itu, pastilah dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan , baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Maka dari itu saya mohon sarannya, agar kedepannya dapat lebih baik lagi.

















DAFTAR PUSTAKA

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, Jakarta, Gramedia, 1982.
W. Poespoprodjo, Logika Sientifika, (Bandung: Remadja RK Karya, 1985).

Mundiri, Logika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet.13 2010).
Danusiri, Logika Dalam Naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox