Breaking

LightBlog

Senin, 06 Juni 2016

Masa Kemajuan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, ia membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah dunia hingga saat ini . bahkan kemajuan barat pada mulanya bersumber dari Peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.
Periode sejarah islam yang membentang hampir sepuluh abad lamannya dari abad pertama sampai abad sepuluh hijriyyah dan membentang keseluruh dunia yang mencakup sebagian besar daratan Afrika, Asia, dan sebagian kecil daratan Eropa, lebih perlu ditelaah untuk mengetahui masa-masa kemajuan Islam.
Maka disini akan dibahas mengenai  masa-masa kemajuan tersebut,  dan tokoh-tokoh yang mempelopori beserta faktor-faktor penyebabnya. Di samping itu akan di bahas juga mengenai keadaan pada masa-masa tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Kapan masa kemajuan islam?
2. Bagaimana keadaan saat itu?
3. Siapa tokoh-tokoh di belakangnya?
4. Apa faktor-faktor penyebabnya?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan di tulisnya makalah ini agar para mahasiswa mengetahui dan mempelajari mengenai masa-masa kemajuan islam, keadaan, tokoh-tokoh dibaliknya, dan faktor-faktor penyebabnya.







BAB II
PEMBAHASAN
A. Khulafa’ Al-Rasyidin
1) Abu Bakar
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya  menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukanya. Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat belum sampai jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar  berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan tentang siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak sama-sama merasa berhak memimpin umat islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, ahirnya Abu Bakar terpilih .
Sebagi pemimpin umat islam setelah Rasul, Abu bakar disebut Khalifah Rasulillah dan yang dalam perkembangan selanjutnya disebut Khalifah saja.  Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Abu Bakar menjadi Khalifah hanya 2 tahun. Pada tahun 634 M beliau wafat. masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat oleh Nabi Muhammad batal dengan sendirinya setelah Nabi wafat.karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan pertentangan meereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan , Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan perang yang disebut perang Riddah. Khalid ibn Al-Walid adalah jendral yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.
Tampaknya  pemerintahan yang dijalankan oleh Abu Bakar bersifat sentral sebagaimana pada masa Rasulullah. Selain itu Abu Bakar juga selalu mengajak sahabat-sahhabatnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar barulah mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai Al-Hirah ditahun 634 M. Ke Syiria dikirim ekspedisi dibawah pimpinan 4 jendral yaitu:
1. Abu Ubaidah
2. Amr ibn ‘Ash
3. Yazid ibn ibn Abi Sufyan
4. Syurahbil
Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Dan untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahakan meninggalkan Irak, dan dengan melewati gurun pasir yang jarang dilalui manusia ia sampai ke Syiria.
2) Umar ibn Khathab
Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan islam sedang mengancam Paleestina, Irakk, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh tangan kanannya yaitu Umar ibn Khathab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangakat Umar sebagai penggantinya denga maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.  Kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menybut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah. ia juga memperkenalkan istilah Amiril Mu’minin.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi di ibu kota Syiria, Damaskus,  jatuh 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syiria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota mesir, di taklukan tahun 641 M. Dengan demikian, mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat dengan Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, Al-Madain jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan islam sudah meliputi  Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan di atur menjadi 8 wilayah propinsi ; Mekah, Madinah, Syiria, jazirah, Basrah, Kuffah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departeman yang dipandang perlu didirikan pada masanya mulai diatur dan diterbitkan sisem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dan lembaga eksekutif untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jabatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jabatan umum.  Umar juga mendirikan Bait Al-Mal, menempa mata uang, dan mencipatakan tahun Hijrah.  Umar memerintah selama 10 tahun (13-23 H / 634-644 M). Masa jabatanya berahir dengan kematian, dia dibunuh oleh seorang budak dari persia bernama Abu Lu’luah. Untuk menentukan penggantinya Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk 6 orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi Khalifah.  Enam orang tersebut adalah Ustman, Ali, Talhah, Zubair, Sa’id ibn Abi Waqas dan Abdur Rahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Ustman sebagai Khalifah melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.
3) Ustman
Dimasa pemerintahan Ustman  ( 644-655 M), Armenia, Tunisia, Citrus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, Ania, dan Tabaristan berhasil di rebut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai disini.
Pada paroh terahir masa kekhalifahanya muncul rasa tidak puas dan kecewa di kalangan umat islam terhadapnya. Kepemimpinan Ustman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (di angkat pada umur 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Ahinya, pada tahun 35 H atau 655 M, Ustman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu. Salah satu yyang membuat rakyat kecewa adalah kebijaksanaanya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Ustman berjasa membangun bendungan untuk mencegah arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas amsjid Nabi di Madinah.
4) Ali ibn Abi Thalib
Setelah Ustman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali memerintah hanya 6 tahun. Selama masa pemerintahanya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahnya yang dapat di katakan stabil. Setelah menduduki jabatan Khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Ustman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang di hadiahkan Ustman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatanya kepada negara, dan memakai kemabali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Kedudukan Ali sebagai Khalifah kemudian di jabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternayta lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, dibawah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Disisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu dikenal dalam sejarah sebagai ‘Am Al-Jama’ah. Demikian berhirlah apa yang disebut masa Khulafa’ Al-Rasyidin, dan dimulailah masa kekuasaan Bani ‘Umayyah dalam sejarah politik islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri sangat jauh dari pusat kekuasaanya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sbelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah :
1. Islam, disamping merupakn ajaran yang menggatur hubungan manusia dengan tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tenatng kewajiban menyerukan ajaran-ajaran isalam atau dakwah keseluruh penjuru dunia.
3. Mesir, Syiria, dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
B. Bani ‘Umayyah
Memasuki kekuasaan Mu’awiyah ia menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis ( kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Mu’awiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya. Dalam kekuasaan Bani Umayyah terdaapa beberapa halifah-khalifah besar seperti Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680M), Abd al-Malik ibn Marwan (685-705 M), al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M) dan Hasyim ibn Abd al-Malik (724-743 M).
Pada masa dinasti Umayyah ini, ekspansi yang dilakukan pada masa Khalifah Usman dan Ali dapat dilanjutkan. Wilayah timur yang mencakup daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul dapat dikuasai oleh Bani Muawiyah, dan juga angkatan laut dari Muawiyah terus-menerus melakukan serangan ke ibu kota Bizantium, Konstatinopel. Ekspansi yang telah dilakukan Muawiyyah kewilayah tersebut kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dab dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentarannya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab samapi ke Maltan.
Sedangkan dalam ekspansi kebarat, dilanjutkan pada zaman al-Walid ibn Abdul Malik. Dimana pada zaman Walid merupakan masa kemakmuran, ketentraman dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada zaman Walid ini hanya berumur sekitaran sepuluh tahun saja, yang tercatat sebagai ekspedisi yang dilakukan dari Afrika Utara hingga ke Eropa pada tahun 711 M.
Keberhasilan dalam ekspansi yang dilakukan pada zaman Umayyah ini yang mencakup beberapa daerah, baik di Timur maupun Barat, kekuasaan Islam pada masa Bani  Umayyah ini benar-benar sangat luas. Daerah-daerah tersebut meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Selain melakukan ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga sangat berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Meskipun dalam dinasti ini banyak mengalami keberhasilan, namun tidak berarti perpolitikan dinasti ini tidak stabil. Bani Umayyah tidak mentaati perjanjian dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam.
Ada beberapa faktur yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada  kehancuran, adalah sebagai berikut:
1. Sistem pergantian Khalifah yang menggunakan garis keturunan Khalifah sebelumnya.
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa terlepaskan dari konflik-konflik politik pada masa Ali.
3. Pada masa Bani Umayyah, konflik antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dengan Arabia Selatan ( Bani Kalb) yang sudah lama terjadi semakin meruncing.
4. Lemahnya pemerintahan Bani Umayyah juga disebabkan oleh kehidupan yang mewah dikalangan istana.
5. Penyebab langsung tergulingnya Bani Umayyah adalah munculnya kekuasaan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib.


C. Bani Abbas
Kekuasaan Bani Abbasiyah disebutkan melanjutkan kekuasaan dari Bani Umayyah. Disebut Khalifah Abbasiyah karena pendiri dinasti ini merupakan keturunan al-Abbas paman dari Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali Ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasannya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 590 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyyah. biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki Kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemesannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Karena itu pembina sebenarnya dari Daulat Abbasiyyah adalah Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M).
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang membebaskan diri dari pemerintahan pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota malatia, wilayah coppadocia dan Cicilia pada tahun  756-758 M.
Popularitas daulat Abbasiyyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman Khalifah ini. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun pengganti al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfumgsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Perkembagan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembagan bahasa arab, baik sebagai bahasa dministrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu kemajuan itu paling tidak juga ditentukan oleh dua hal, yaitu;
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Fase pertama yang banyak diterjemahkan adalah karaya-karya dalam bidang Astronomi dan Manthiq. Fase kedua mulai Khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H, buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidanf filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pada masa Bani Abbas bukan saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan Agama. Dalam bidang Tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-Ma’tsur,yaitu dengan mengambil interpretasi dari nabi dan para sahabat. Kedua, Tafsir bi al-Ra’yi, yaitu metode yang bertumpu pada pendapat dan pikiran daripada hadits dan para sahabat. Metode ini berkembang pada masa pemerintahan Abbas.
Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyyah pertama. Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795), Imam Syafi’i (767-820 M), Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M).
Aliran-aliran Teologi sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah. Tetapi pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu’tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode Pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama dibidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah. Dalam lapangan Astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai Astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe.  Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibn Sina.Al-Razi tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles.  Ibnu Sina juga menemukan sistem peredaran darah pada manusia.
Sedangkan dalam biidang optik, Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythami di Eropa lebih dikenal dengan nama Alhazen. Dibidang kimia, terkenl nama Jabir bin Hayyan. Dibidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dan dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas’udi yang mahir juga dalam bidang geografi.Dan dalam bidang filsafat ada beberapa tokoh islam yang terkenal, antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd.

D. Sebab-sebab kemajuan Islam
Secara garis besar, terdapat dua faktor penyebab tumbuh dan kembangnya peradaban islam ;
1. Faktor Internal (faktor yang bersal dari dalam).
Yaitu faktor yang bersal dari dalam ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist, memiliki kekuatan yang luar biasa yang mampu memberikan motifasi bagi para pemeluknya untuk mengembangkan peradabanya. Dari sumber Al-Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat yang memerintah kepada pemeluk Islam untuk mengamati fenomena alam yang kemudian dikembangkan demi kemajuan peradabban umat manusia itu sendiri. Begitupun bnayak Hadist ynag menganjurkan umat Islam untuk mencari ilmu pengetahuan, mengkaji dan menelitinya demi kemajuan peradaban umat  manusia. Hal itu tidak hanya terbatas pada kajian spiritual bathiniyah yang berorientasi kepada ahirat saja, tetapi juga kajian yang bersifat keduniaan.
2. Faktor Eksternal (faktor yang berasal dari luar).
Yaitu ajaran yang merupakan proses sejarah umat Islam didalam kehidupanya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam.
Faktor penyebab tersebut secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 bagaian, yaitu:
Semangat Islam
Perkembangan oraganisasi negara
Perkembangan ilmu pengetahuan
Perluasan daerah.
Semangat Islam dari kaum muslimin sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam. Semangat ini telah ditanamkan Rasulullah saw dan para sahabatnya dari zaman awal perkembangan Islam sampai pada masa kejayaan. Semangat ini bersumber dari Al-Qur’an yang menjadi dasar dalam membentuk peradaban Islam.
Perkembangan organisasi ketatanegaraan disesuaikan dengan kebutuhan umat yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Para ahli ketatanegaraan membuat rancangan organisasi tingkat terendah sampai dengan jabatan dan fungsi-fungsi special seperti departemn politik, ekonomi, keuangan, keamanan, jabatan, perdana menteri, sekretaris negara, hakim, polisi, marinir, pejabat pos, pejabat kabinet presiden dan sebagainya.
Dalam aspek ilmu pengetahuan dapat dilihat dalam sejarah awal perkembangan Islam, misalanya di zaman Rasulullah para sahabat berlomba mencari ilmu ke berbagai penjuru  dengan berbagai disiplin Ilmu pengetahuan yanga ada. Sehungga dengan cepat lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan denagn ahli masing-masing.
Ketinggian peradaban Islam juga didorong oleh adanya gerakan perluasan wilayah kekuasaan Islam. Di zaman Khulafa’ Al-Rasyidin, zaman Bani Umayyah dan zaman Bani Abbas bangsa-bangsa yang bernaung dibawah kekuasaan Islam menjadi aneka suku bangsa dengan aneka corak peradabanya.
Oleh karena itu, corak peradaban meliputi berbagai jenis sesuai denagn corak peradabang bangsa yang dikuasai. Namun,  semuanya dapat dipadukan dalam satu payung peradaban Islam.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam terjadi melalui proses akulturasi antara berbagai peradaban yang ada dibawah kekuasaan Islam dengan memasukan unsur agama Islam.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan, kejayaan islam setelah wafatnya Nabi di mulai dari kekhalifahan Abu Bakar sampai dengan kepemimpinan Bani abasyiyah.  Masa gemilang itu di tandai dengan berdirinya lembaga-lembaga politik negara, ekonomi-sosial yang lebih maju, dan berkembangnya ilmu pengetahuan secara pesat hingga melahirkan ilmuan-ilmuan genius.  Demikialah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintah Islam pada Masa Klasik.  Dan masa keemasan ini mencapai puncaknya pada masa  Bani Abasyiyah. Masa kemajuan ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal yang mengacu pada Al-Qur’an dan Hadist yang salah satunya berupa semangat ukhuwah islamiyah dan faktor eksternal yaitu perkembangan organisasi negara, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perluasan daerah kekuasaan. Masa kejayaan Islam pada saat kepemimpinan Abasiyah sangat besar pengaruhnya terhadap dunia barat terutama dalam bidang perkembnagan ilmu pengetahuan. Contohnya pengaruh pemikiran Ibnu Rusyd di Eropa sehingga melahirkan gerakan pemikiran bebas yang di sebut Averoisme.  Hal ini menimbulkan gerakan-gerakan renaeisance yang ahirnya menimbulkan masa pencerahan dan revolusi industri yang menyebabkan Eropa maju.


b. Saran
Dalam makalah ini pastinya ada banyak sekali kekurangannya atau koreksi dari pembaca, karena kami merasa makalah ini jauh dari arti kata sempurna.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca dan dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan jauh lebih baik.













DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Jilid 1, Kairo: Lajnah al-Ta’lif wa al-Nasyr, Tanpa tahun
A. Razaq Naufal, Umat Islam Dan Sains Modern, Bandung: Husaini, 1987
A. Syalabiy, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 1, Jakarta: Pustaha Al-Husna, 1987, cet V
Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyyah, Beirut: al-Maktab al-Tijari, Tanpa Tahun
Carl Brockelmann, History of the Islamic Peoples,London: Routledge & Kegan Paul, 1982
Hasan Ibrahim Hassan, SEJARAHDANKEBUDAYAAN ISLAM, Yogyakarta: Penerbit Kota Kemabang, 1989
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1, Jakarta: UI Press, 1985, cet. V
Harun Nasution, ISLAM DITINJAUDARIBERBAGAI ASPEKNYA, jilid 1, Jakarta: UI Press, 1985
Syibli Nu’man, Umar yang Agung,Bandung : Pustaka, 1981
Yatim Badri, SEJARAH PERADABAN ISLAM, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003.
W. Montgomery Watt, Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam,Jakarta: P3M, 1987, cetakan pertama),


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox